Pengertian Jahiliyah
Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah s.a.w lahir, namun bila kita melihat pengertian
jahiliyyah secara definitif, maka terdapat banyaklah unsur-unsurnya yang sama dalam Zaman Sains ini. Kita mendapati manusia hidup dengan berbagai macam bentuk
Jahiliyyah yang berkembang sesuai dengan progressivitas (kemajuan zaman.Sesungguhnya kata
Jahiliyyah sendiri adalah mashdar shinaiy yang berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut Manna Khalil al-Qaththan ada 3 makna, yaitu :
1. Tidak adanya ilmu pengetahuan dan ini adalah makna asal.
2. Meyakini sesuatu secara salah.3. Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya ia kerjakan.
Orang yang tidak memahami ungkapan prosa atau bait syair atau teori matematis atau masalah Fiqh adalah orang yang bodoh dengan makna pertama, karena ia tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, dan orang semacam ini bila disandarkan kepadanya sifat bodoh, maka jadilah ia
jahiliyyah. Orang yang meyakini bahwa mengambil sepotong emas itu tidak mengapa atau melaksanakan sesuatu yang tidak disyariatkan atau menganggap bahwa Nabi tidak punya andil sedikitpun dalam kehidupan manusia adalah orang bodoh dengan makna yang kedua, karena ia yakin tapi salah. Dan bila disandarkan sifat bodoh kepadanya maka jadilah ia
Jahiliyyah.Dan orang yang meninggalkan shalat padahal ia tahu bahwa shalat adalah salah satu rukun Islam atau orang yang mengerjakan kemaksiatan atau orang yang tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah orang bodoh dengan makna ketiga, karena ia mengerjakan sesuatu dengan menyalahi ketentuan yang seharusnya ia laksanakan.
Ia disebut juga
jahiliyyah bila disandarkan kepadanya sifat bodoh.Pada umumnya pengertian
jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Tuhan, Rasul dan syariat-syariatNya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran dan lain sebagainya.
Namun
jahiliyyah tidak hanya khusus pada saat itu, tidak hanya khusus pada zaman tertentu dan tidak pula kaum tertentu.
Jahiliyyah bisa terjadi kapanpun dan masyarakat manapun dengan syarat terdapat unsur-unsur yang telah disebutkan, walaupun zaman ini adalah zaman sains.
Dalam perspektif (pandangan) al-Quran, jahiliyyah adalah suatu sikap atau keadaan masyarakat pada umumnya yang bodoh terhadap nilai-nilai Islam, entah mereka itu bergelar Doktor ataupun Professor sekalipun, bila mereka bodoh terhadap Islam maka mereka diberi stempel
jahiliyyah.Al-Quran telah menerangkan tentang sikap
jahiliyyah ini, diantaranya yaitu; ketika Musa a.s menyuruh kaumnya untuk mentaati perintah Allah agar mereka menyembelih kurban. Namun Apa tanggapan kaumnya terhadap Musa,
“mereka berkata, apakah engkau mengejek kami hai Musa. Musa menjawab, aku berlindung dari orang-orang yang bodoh.” (al-Baqarah:67)
Ketidaktahuan dan memandang remeh terhadap perintah Allah adalah salah satu sikap
jahiliyyah.Dan ketika Allah menerangkan hikayat Yusuf a.s dalam surat Yusuf, ayat :33
"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."
Dalam ayat ini, condong kepada keburukan adalah juga sikap
jahiliyyah.Prasangka buruk juga termasuk ke
jahiliyyahan, sebagaimana firman Allah ketika kaum Musyrikin menang pada Perang Uhud. Sebagian kaum Muslimin menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum Muslimin dari kaum Kuffar sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan
jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?…."
(Ali ‘Imran:154)Term (istilah)
Jahiliyyah juga ditujukan bagi mereka yang menolak hukum
Allah :
“Apakah hukum
Jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (al-Maidah: 50)
Allah melarang istri-istri Nabi s.a.w melakukan Tabarruj (berhias berlebih-lebihan) karena hal itu termasuk perbuatan
Jahiliyyah,
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu”. (al-Ahzab:33)
Pada saat perjanjian Hudaibiyah, kaum Musyrikin tidak mau menerima tulisan Bismillah dan Muhammad Rasulullah dalam teks perjanjian itu. Mereka bersikap keras bahwa bila mereka menerima tulisan itu tentu saja mereka tidak akan memerangi Rasul dan pengikutnya sebab tulisan tersebut merupakan pengakuan risalah Muhammad. Mereka angkuh dan angkuh adalah perbuatan
jahiliyyah. Allah menegaskannya dalam surat al-Fath:
"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan
jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Dalam hadits-hadits Rasul juga banyak diterangkan bagaimana sikap
Jahiliyyah itu. Imam Bukhari dalam Kitab Iman dengan judul Bab “Kemaksiatan merupakan perkara
Jahiliyyah”, meriwayatkan Hadits;
“ketika itu seorang laki-laki dari kalangan Muhajirien mendorong seorang laki-laki dari kaum Anshar, orang Anshar tersebut memanggil golongannya; Hai orang-orang Anshar dan begitu pula orang Muhajirin tadi, ia juga memanggil kawannya yang Muhajirin; Hai orang-orang Muhajirin, kemudian bersabdalah Rasulullah: "Apakah engkau memperhatikan panggilan
jahiliyyah itu? Tinggalkanlah olehmu karena itu perbuatan busuk" (HR. Ahmad & Baihaqie)
Ketika seseorang mempersiapkan golongannya atas golongan lain, dengan memanggil-manggil golongannya, maka itulah Fanatisme golongan dan hal itu termasuk perbuatan
Jahiliyyah.Dan hadits dari Abu Dzar, ia berkata:
“sesungguhnya saya mengejek seseorang dengan menghina ibunya, maka Rasulullah berkata padaku, “Hai Abu Dzar, apakah engkau menghina ibunya? Sesungguhnya engkau adalah orang yang mempunyai sifat
Jahiliyyah” (HR.Bukharie-Muslim)
Suka menghina dan mengejek orang adalah salah satu sifat dari sifat-sifat
jahiliyyah.Setelah datangnya Islam maka seluruh perkara
Jahiliyyah dihapuskan dari Jazirah Arab. Rasulullah s.a.w berkhutbah pada hari Fathul-Makkah,
“Wahai manusia sesungguh-nya Allah telah menghapus kesombongan Jahiliyyah dan kebanggaannya terhadap Nenek Moyang …” (HR. Ahmad & Abu Daud)
Dan ketika Rasulullah berkhutbah pada haji wada, beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya segala sesuatu dari perkara-perkara
Jahiliyyah telah saya musnahkan”. Dari nash-nash al-Quran dan Sunnah jelaslah bahwa setiap penyimpangan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya, baik itu menyangkut Aqidah, ibadah, prilaku, maupun amal adalah perbuatan
Jahiliyyah.Translated from al-Hadits wa ats-Tsaqafah al-Islamiyah, Manna' Khalil al-Qaththan, al Jahiliyyah al-Haditsah.
[Kontributor: Fakhrurazi, 13 Februari 2003 ]